MAMUJU, KOMPAS.com - Sebagian besar petani tanaman Kakao di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) mengeluh, menyusul harga komoditi unggulan bagi petani di daerah ini sejak beberapa pekan terakhir mulai turun.
Suparman, (42) petani kakao di Mamuju, Minggu (4/7/2010) mengatakan, para petani Kakao di sejumlah kecamatan di Kabupaten Mamuju mulai tidak bersemangat karena terus anjloknya harga coklat di sejumlah pasar di daerah ini.
"Sudah beberapa pekan terakhir ini, harga komoditi Kakao anjlok dari harga normal," katanya.
Harga kakao saat ini hanya sekitar Rp 21.000/kilogram, padahal sebelumnya, harga kakao cukup menguntungkan para petani di daerah ini dengan kisaran sebesar Rp 28.000/kilogram hingga Rp 29.000/kilogram.
"Turunnya harga kakao di pasar tradisional di Mamuju membuat petani Kakao sedikit pusing karena biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk cukup tinggi," katanya.
Dia mengatakan, selain harga komoditi itu jatuh di pasaran, tingkat produksi hasil panen juga cenderung berkurang, karena buah saat memasuki musim panen banyak yang rusak akibat terserang hama.
"Jika berjalan normal maka tingkat produksi hasil panen raya untuk komoditi kakao dapat mencapai ratusan ton, namun, kali ini produksinya turun dua kali lipat akibat terserang penyakit atau hama," katanya.
Ia berharap, pemerintah daerah yang mencanangkan program gerakan nasional peningkatan mutu dan produksi kakao (Gernas-pro Kakao) tidak hanya dijadikan simbol, namun, diharapkan program ini dapat diimplementasikan ke petani yang ada di Sulbar.
"Selama ini banyak membantu petani melalui program gernas, namun, program ini belum menyentuh secara merata terhadap petani," katanya.
Mestinya, pihak Dinas Perkebunan (Disbun) yang mewadahi petani dapat melakukan pendataan petani kakao, sehingga bantuan itu tersalurkan secara merata kesemua petani yang ada.
"Jangan ada pengecualian, karena petani sangat mengharapkan bantuan itu untuk memenuhi program peningkatan mutu dan produksi kakao," katanya.
Ia juga berharap pemerintah daerah segera menurunkan petugas penyuluh pertanian untuk mendampingi petani kakao yang mayoritas penduduknya bertumpu di bidang pertanian.
"Sekitar 60 persen dari penduduk Sulbar bertumpu pada sektor pertanian tanaman Kakao, sehingga peran pemerintah itu sangat diharapkan dapat membantu secara optimal kepada petani di Sulbar," katanya.
Suparman, (42) petani kakao di Mamuju, Minggu (4/7/2010) mengatakan, para petani Kakao di sejumlah kecamatan di Kabupaten Mamuju mulai tidak bersemangat karena terus anjloknya harga coklat di sejumlah pasar di daerah ini.
"Sudah beberapa pekan terakhir ini, harga komoditi Kakao anjlok dari harga normal," katanya.
Harga kakao saat ini hanya sekitar Rp 21.000/kilogram, padahal sebelumnya, harga kakao cukup menguntungkan para petani di daerah ini dengan kisaran sebesar Rp 28.000/kilogram hingga Rp 29.000/kilogram.
"Turunnya harga kakao di pasar tradisional di Mamuju membuat petani Kakao sedikit pusing karena biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk cukup tinggi," katanya.
Dia mengatakan, selain harga komoditi itu jatuh di pasaran, tingkat produksi hasil panen juga cenderung berkurang, karena buah saat memasuki musim panen banyak yang rusak akibat terserang hama.
"Jika berjalan normal maka tingkat produksi hasil panen raya untuk komoditi kakao dapat mencapai ratusan ton, namun, kali ini produksinya turun dua kali lipat akibat terserang penyakit atau hama," katanya.
Ia berharap, pemerintah daerah yang mencanangkan program gerakan nasional peningkatan mutu dan produksi kakao (Gernas-pro Kakao) tidak hanya dijadikan simbol, namun, diharapkan program ini dapat diimplementasikan ke petani yang ada di Sulbar.
"Selama ini banyak membantu petani melalui program gernas, namun, program ini belum menyentuh secara merata terhadap petani," katanya.
Mestinya, pihak Dinas Perkebunan (Disbun) yang mewadahi petani dapat melakukan pendataan petani kakao, sehingga bantuan itu tersalurkan secara merata kesemua petani yang ada.
"Jangan ada pengecualian, karena petani sangat mengharapkan bantuan itu untuk memenuhi program peningkatan mutu dan produksi kakao," katanya.
Ia juga berharap pemerintah daerah segera menurunkan petugas penyuluh pertanian untuk mendampingi petani kakao yang mayoritas penduduknya bertumpu di bidang pertanian.
"Sekitar 60 persen dari penduduk Sulbar bertumpu pada sektor pertanian tanaman Kakao, sehingga peran pemerintah itu sangat diharapkan dapat membantu secara optimal kepada petani di Sulbar," katanya.
No comments:
Post a Comment